Jumat

Runtuhnya Teori Otak Tengah?

Cukup beralasan jika buku berjudul Dahsyatnya Otak Tengah tulisan Hartono Sangkanparan dibilang best seller, alias buku laris. Pasalnya, buku tentang otak yang ditulis oleh sarjana ilmu informatika ini telah dicetak berulang kali.
Kurang dari setahun, dari Februari 2010 hingga November 2010, buku ini telah dicetak sebanyak 14 kali. Konon cetakan kedua buku ini dibuat beberapa hari setelah cetakan pertamanya dipasarkan.
Hartono menulis, buku ini disusun sebagai referensi aktivasi otak tengah (AOT). Katanya, saat buku itu ditulis, informasi tentang AOT masih sangat minim.
Tak heran bila David Ting, trainer GMC Internasional yang disebut sebagai bapak AOT di Indonesia, mengaku menemukan banyak informasi yang berguna dan sangat praktis tentang AOT di dalam buku tersebut.
“Ini adalah sebuah buku yang sangat bagus!” tulis David dalam kata pengantar buku yang ditulis oleh pemegang lisensi master waralaba GMC Australia ini. Cukup aneh memang. Seorang trainer senior dari negeri asal pelatihan AOT malah belajar dari buku yang ditulis oleh muridnya sendiri.
Meski mengatakan sebagian besar informasi di bukunya berasal dari literatur kedokteran (Hartono: 2010 hal. ix), tapi tidak satupun buku standar kedokteran apalagi soal otak, yang dicantumkan penulis pada daftar pustaka. Berikut lima buku yang menjadi rujukan sang penulis:
• Anonim, Buku Panduan Pengaktifan Otak Tengah, Genius Mind Consultancy Indonesia
• Faber, Adele dan Elaine Mazlish, How to Talk so Kids will Listen & Listen so Kids will Talk, Avon Books, 1980
• Gardner, Howard, Kecerdasan Majemuk, Jakarta: Interaksa, 2003
• Kiyosaki, Robert T. dan Sharon L. Cechter CPA, Rich Kid Smart Kid, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
• Shichida, Makoto, Ed., The Mystery of The Right Brain, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003
Di dalam buku itu, Hartono menulis, otak tengah berfungsi sebagai penghubung dan penyeimbang otak kiri dan otak kanan. “Otak tengah merupakan super controller yang dapat mengatur keseimbangan otak kanan dan otak kiri. Sayangnya, otak tengah kebanyakan orang dalam keadaan tidur (hal. 9).”
Selain menjelaskan fungsi otak tengah, buku tersebut juga menyebut macam-macam manfaat dari pengaktifan otak tengah. Di antaranya, “otak tengah yang sudah aktif akan merangsang kemampuan kecerdasan lain yang kurang dominan (hal. 50)”.
“Setelah otak tengah aktif, seorang anak dapat melihat dengan sentuhan yang sering disebut dengan skin vision. Beberapa orang bisa bahkan mampu melihat menggunakan telinga. Ada pula yang lebih bisa melihat dengan penciumanya (hal. 59).”
Sanggahan Para Ahli Karena mengklaim isi bukunya didukung dengan landasan dan bukti-bukti ilmiah, para ahli syaraf pun angkat bicara. Celakanya, tidak ada satu ahli syaraf, neurologist, yang membenarkan isi buku tersebut.
Selain dr. Adre Mayza dari Pusat Inteligensi Kemenkes RI, bantahan juga datang dari dr. Arman Yurisaldi, M.S., SpS. Arman bahkan sudah menulis buku berjudul Mengungkap Misteri Otak Tengah yang memberikan informasi detil teori-teori ilmiah tentang kedokteran syaraf modern yang sangat bertentangan dengan teori AOT.
Buku lainnya yang menyanggah AOT berjudul Membongkar Aktivasi Otak Tengah, Penemuan Terbesar di Dunia atau Penipuan Terbesar di Indonesia?, yang ditulis dengan gaya popular oleh Arif Virkill Yulian.
Kepada Suara Hidayatullah, dr. Arman mengatakan, buku GMC tentang AOT sudah keliru sejak mula menjelaskan tentang otak tengah itu sendiri. “Dari teori anatominya saja sudah bermasalah,” kata Arman.
Arman menjelaskan, otak tengah bukan penghubung otak kiri dan kanan, namun penghubung otak besar (otak depan/forebrain) dengan otak kecil (hind brain). Arman mengatakan, berdasarkan literatur ilmiah sistem AOT tidak menjelaskan dengan detil pengertian otak tengah.
Kata Arman, fungsi-fungsi kecerdasan otak berpusat pada otak besar dibantu otak kecil (dikenal dengan nama jaras kortiko-serebelar), dan otak tengah bukan pemain utama. Otak tengah tetap penting sebagai jalur penghubung semua lalu lintas kimiawi dan elektrik antara otak besar dan kecil. Gangguan sedikit saja pada otak tengah bisa mengakibatkan terganggunya kesadaran.
“Pernyataan perangsangan otak tengah bisa mengaktifkan otak kiri dan kanan adalah sesuatu yang terlalu berlebihan,” jelas Arman.
Selain itu, kata Arman, dalam teori AOT juga banyak tersebar istilah yang tidak dikenal dalam ilmu kedokteran syaraf. Seperti, rasa gembira akan membuka otak, keadaan genius, interbrain, dan banyak lainnya.
Karena itu, sebagai ahli syaraf Arman tidak menganjurkan untuk mengikuti program AOT sehingga metode ini benar-benar telah teruji dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. “Namun kemungkinan itu sangat kecil,” katanya.
Hartono Sangkanparan sendiri sudah membuat jawaban-jawaban terhadap berbagai kritik yang menyerang bukunya. Menjawab pertanyaan mengapa fungsi otak tengah versi GMC jauh berbeda dengan literature ilmiah, dia menjawab: “Betul, karena fokusnya berbeda. Pembahasan kaki pada dunia kedokteran tentu saja berbeda dengan pembahasan kaki pada dunia sepakbola. Apakah dokter spesialis kaki pandai untuk membuat gol? Mungkin saja, asal ada minat dan berlatih,” demikian jawabannya di situs GMC Australia, www.midbrainactivation.net.
General Manager PT. GMC Indonesia, Lenny Marlina B. Putri mengakui memang tidak ada literatur ilmiah yang mendukung metode AOT – GMC. Lalu, saat ditanya apakah GMC akan menarik peredaran buku tulisan Hartono, dia menjawab Hartono tidak ada hubungan dengan GMC Indonesia.
“GMC Indonesia hanya membantu menjualkan, soal ditarik atau tidaknya buku itu tanya saja ke percetakannya,” jawab Lenny.
Sudah Jatuh Korban Selain bermasalah dari sisi teori, program AOT dilaporkan telah menelan korban di sejumlah daerah. Fatima Mulyana dari Bandung, bersama temannya Koeshartati Saptorini dari Bekasi adalah bekas salah satu pemegang lisensi waralaba GMC di Bandung.
Kini Fatima dan Rini telah melepas usaha AOT mereka setelah menemukan anak-anak yang menjadi korban efek samping AOT. Meraka mengaku telah membeli lisensi waralaba GMC pada 2009 seharga Rp 300 juta.
Kebanyakan anak korban AOT yang dijumpai mereka menderita halusinasi. Anak-anak tersebut mengaku selalu dibayangi makhluk halus, menjadi pemarah, tidak sabaran, hingga berteriak-teriak ketika mendengar bacaan al-Qur`an. “Kini, anak-anak itu menjalani terapi ruqyah,” kata Fatima.
Menyikapi hal tersebut, sekelompok ilmuan yang dimotori oleh Dr. Julia Maria van Tiel telah membuat petisi Stop Aktivasi Otak Tengah yang diluncurkan bulan September 2010 lalu.
Julia adalah doktor di bidang antropologi kesehatan. Menurut dia, kegiatan AOT lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok psedo-ilmiah. Yakni mengaku menjalankan kegiatan ilmiah dengan bahasa ilmiah, padahal tidak ilmiah.
Muslimah yang kini tinggal di Belanda ini juga menilai, disadari atau tidak oleh penggiatnya, AOT sebagai praktek spiritual era baru (New Age Spirituality/NAM). Julia mengatakan NAM sangat bertentangan dengan ajaran agama-agama Samawi.
“Karena NAM mempercayai Tuhan berada di dalam setiap diri manusia, yaitu energi spiritualnya bisa dikembangkan tanpa batas,” jelas Julia kepada Suara Hidayatullah.
Caranya dengan memanfaatkan teknik neurofeedback (yang sebetulnya juga tidak dapat dibuktikan secara ilmiah). Yaitu memberikan rangsangan suara, hipnotis dan memberikan sugesti berupa motivasi ekstrim agar anak percaya bahwa dirinya bisa mengembangkan potensinya secara dahsyat.*
Lenny Marlina B. Putri
General Manager PT. GMC Indonesia
“Saya ingin melihat bukti dari mereka yang menuduh”

Sejak kapan GMC berdiri di Indonesia?
Di Indonesia sudah ada sejak September 2009, yang membawa ke Indonesia Pak Donny. Sebenarnya sudah sejak 2005 GMC mau berdiri di Indonesia, tapi memang yang ingin mengelolanya belum ketemu yang cocok.
Mengapa dibuat waralaba?
Memang sistemnya seperti itu. Karena bukan Indonesia yang mempunyai lisensinya tapi GMC Intenational. Jadi, Pak Donny yang memiliki lisensi master untuk semua wilayah di Indonesia.
Berapa uang yang diperlukan untuk membuka franchise GMC?
Kalau harganya saya tidak tahu jelas, itu relatif. Kalau untuk membeli license master kota itu sekitar milyaran. Karena kita melihat besarnya wilayah. Tidak mungkin satu wilayah sama dengan yang lain. Kita juga melihat segmen pasarnya, daya peminatnya. Tapi sistemnya seperti ini, mereka membuka cabang di daerah dan mereka mengambil royaltynya.
Berapa biaya per-anak untuk ikut pelatihan GMC?
Tiga setengah juta rupiah. Orang beranggapan ini harga yang mahal. Ini kan bentuk license, kita juga memberikan royalty untuk pusat. Dari Malaysia memberikan harga, kalau menaikan boleh tapi menurunkan tidak boleh.
Bagaimana GMC bisa membuat anak jenius dengan mengaktivatsi otak tengah?
Kami pihak GMC juga tidak pernah mengatakan setelah otak tengahnya diaktifkan anak pasti menjadi cerdas, saya ingin melihat bukti dari mereka yang menuduh. Yang menjadi pertayaan saya apakah itu orang GMC, alumni atau bukan?
GMC sekarang di bawah pengawasan Pusat Inteligensi Kemenkes RI, bagaimana ceritanya?
Dalam hal ini juga kami tidak dipanggil, tapi GMC mengirim surat ke Kemenkes dan meminta untuk diobservasi kegiatan kami. Kami memilih meluruskan masalah ini, kalau kami merasa bersalah dan ingin membenarkan secara ilmiah pada masyarakat. Kalau kami yakin salah, pasti sudah kabur.
Pelatihan aktivasi otak tengah dinilai tidak punya landasan ilmiah. Bagaimana tanggapan Anda? Oke lah kita terima karena tidak ada di buku atau jurnal masalah aktivasi otak tengah. Tapi kita sudah standar oleh apa yang dilakukan penyelenggara metode pelatihan pendidikan, orang umum juga lakukan itu.
Tapi bedanya kita mengaktifkan atau menstimulus otak melalui gelombang otak, pakai gelombang. Kita tidak klenik, tidak mistis, kita ilmiah banget. Orang sibuk memperdebatkan nama bukan kontennya. Yang jelas kita memang memperbaiki dan kita sangat senang mendapat saran dan masukan.
Dari kami juga mempunyai pakar Neurologi yang bisa menjelaskan hal itu, tapi kami tidak bisa membeberkan karena itu rahasia perusahaan.
Bagaimana GMC menjamin dalam dua hari anak bisa diaktivasi otak tengahnya, kemudian menjadi cerdas? Kenyataannya bisa dua hari, mengapa tidak? Setiap produk itu kan harus memiliki kelebihan.
Bagaimana tanggapan GMC soal gugatan orangtua yang anaknya dirugikan?
GMC tidak merasa terintimidasi. Tapi yang kasihan adalah para alumni, mereka sedih bukan kerena tertipu dengan GMC, mereka dihujat dan orangtuanya juga dibodoh-bodohi. Yang ikut disini orangtuanya bukan orang bodoh-bodoh, mereka dokter, professor.
Tujuan untuk blindfold (menutup mata) itu bukan yang utama. Kita tidak pernah mengatakan itu. Sampai sekarang tidak ada satupun yang mengadu ke sini dan menggugat GMC ke Polisi. Kalau mau melapor, ke yang berwenang. Jangan hanya di Facebook dan membentuk opini publik.
PETISI STOP AKTIVASI OTAK TENGAH
http://www.ipetitions.com/petition/stop-aktivasi-otak-tengah/
Meningkatnya kegiatan berasas bisnis yang mengatasnamakan kegiatan ilmiah demi pendidikan dan masa depan anak-anak Indonesia yang kegiatannya dilakukan oleh sekelompok orang berupa kegiatan Aktivasi Otak Tengah, serta dipublikasikan dapat memberikan hasil anak menjadi jenius, sementara itu kegiatan ini terus berlanjut sekalipun sudah banyak orang yang melakukan protes, maka demi masa depan anak-anak Indonesia, kami menyatakan bahwa:
1. Mendukung penggugatan terhadap kegiatan aktivasi otak tengah yang bertujuan anak menjadi jenius.
2. Mendesak pada pemerintah cq Kementerian Kesehatan, Kementrian Pendidikan, Lembaga Perlindungan Anak, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta Kepolisian, agar menyikapi kegiatan pengaktifan otak tengah.
3. Mendesak kepada berbagai ikatan profesi, keahlian dan praktisi yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan untuk senantiasa memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pelayanan pendidikan dan kesehatan berbasis ilmiah (Evidence Based Practice).
4. Menolak bentuk-bentuk pelayanan pendidikan dan kesehatan yang pseudocience.
Individu jenius adalah seseorang highly gifted (Inteligensi serta kreativitas yang luar biasa), dimana ia sudah menghasilkan prestasi yang luar biasa. *
Boks syariah
Menuntut Ilmu Tidak Bisa Instant
Zaman modern menuntut kita serba cepat. Tak heran jika produk-produk yang menawarkan cara cepat untuk mencapai sesuatu selalu laris. Dari makanan instan hingga cara untuk memahami agama secara instan pun hadir. Promosi yang bombastis kerap membuat banyak orang tertarik meski mereka buta akan hakikatnya.
Belakangan ini orang banyak tersentak dengan penemuan aktifasi otak tengah. Konon menurut para pegiatnya, jika seseorang mampu mengaktifkan otak tengahnya ia akan melakukan aktivitas dengan lebih cepat. Saking hebatnya, seorang bisa membaca, memasak, dan mewarnai, bisa dilakukan dengan mata tertutup.
Bagi para penuntut ilmu tentu saja hal ini akan sangat memudahkan. Namun tanda tanya besarnya, apakah ilmu yang sangat mulia ini bisa dicapai dengan cara instant?
Fakta sejarah berkata tidak. Sebab, ulama-ulama terdahulu dengan tingkat kecerdasan yang tinggi tidak ada yang menuntut ilmu secara cepat. Mereka bahkan seumur hidupnya mengabdikan diri untuk menuntut ilmu. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Menghabiskan umurnya berpuluh tahun untuk mendapatkan ilmu.
Dikatakan kepada Imam Ahmad, seorang menuntut ilmu pada seorang guru saja yang memiliki ilmu yang banyak atau dia pergi berpetualang menuntut ilmu, Ahmad menjawab, “dia berpetualang dan menulis dan mendengar dari para ulama di setiap kota.” Bahkan Musa sendiri yang sudah jadi nabi berjalan begitu jauh untuk menuntut ilmu. (Lihat Fathul Bari, Kitabul Ilmi, Bab Alkhuruj Fi Thalabil Ilmi)
Imam Bukhari membuat bab khusus tentang keluar menuntut ilmu. Lalu beliau mencontohkan sahabat Jabir bin Abdullah. Sahabat dari kalangan Anshar ini pernah melakukan perjalanan selama satu bulan untuk mengambil satu Hadits dari Abdullah bin Unais. (Shohih Bukhari, Kitabul Ilmi, Bab Alkhurujuj Fi Thalabil Ilmi)
Dan kalau merujuk pada al-Qur`an, Allah pun menurunkan al-Qur`an secara berangsur-angsur. Padahal, siapa yang meragukan kecerdasan Nabi. Kalau Allah mau mengajar Nabi-Nya dengan cara instant pun pasti bisa. Namun, Allah memilih 23 tahun untuk mengajarkan al-Qur`an. Waktu yang tentunya tidak singkat. Banyak hikmah di dalamnya. Tapi yang terpenting adalah proses panjang dalam menuntut ilmu adalah suatu kemutlakan.
Proses sangatlah penting. Semakin melelahkan proses yang dilewati seseorang dalam menuntut ilmu, semakin banyak pula ilmu yang Allah akan berikan. Karenanya dalam salah satu wasiat Imam Syafi’i kepada para penuntut ilmu adalah harus bersabar dalam waktu yang panjang.
Allah juga berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut [29]: 69)
Menuntut ilmu adalah salah satu jalan mencari keridhaan Allah yang membutuhkan kesungguhan. Lalu dimanakah letak kesungguhan itu jika kita justru ingin mencari ilmu dengan cara-cara yang cepat? * SUARA HIDAYATULLAH, MARET 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Tadzkurrahman | El-Ngawi |